Sunday, March 11, 2007

Tentang Acaranya Karisma Airlangga

Dibalik Acara Diskusi Publik Karisma
Dua hari yang lalu, tepatnya tanggal 10 Maret 2007, Karisma Airlangga bareng ma temen2 dari Hima Administrasi Negara FISIP dan CIS-HI Fisip, ngadain Diskusi Publik dengan tema: "Menggagas Kampus Unggulan Menuju Top World University". Secara global, acara tersebut bener-bener sukses. Karena K' gak pernah nyangka banget kalo mahasiswa sekarang udah mulai bisa kritis. Terbukti dari kursi yang disediakan panitia yang berjumlah 350 penuh terisi, bahkan ada yang rela berdiri di belakang dekat pintu masuk, hanya untuk mengikuti jalannya acara. Total peserta diperkirakan 450. Semua tiket sold out, karena banyak yang memesan sebelum acara. Panitiapun tidak berani membuka pembelian tiket di tempat, karena keterbatasan penampung dari Aula Sabha Nugraha, Diknas P&K.
Bila K' liat, ketertarikan peserta diskusi gak hanya dari fasilitas yang disediakan panitia sebagai kompensasi harga tiket, tetapi dari pembicara yang memaparkan materi dengan sangat jelas dan bisa diterima oleh audiens. Dalam forum tersebut benar-benar forum yang hidup, karena banyak sekali audiens yang ingin melontrarkan pertanyaan pada pemateri, namun karena keterbatasan waktu, moderator tidak bisa mempersilahkan semua peserta bertanya.
Pemaparan Bapak Fahmi Amhar sebagai pembicara ke-3, mampu menghipnotis peserta dengan argumen-argumen beliau yang logis. Karena penjelasan beliau tentang solusi alternatif menuju kampus unggulan, mampu membuka pikiran audiens tentang BHMN yang telah terjadi di kampus-kampus PTN.
Acara ini juga mendapat liputan dari media cetak dan elektronik, yakni Jawa Pos dan SURYA, serta diliput secara off line oleh radio PRO 1 fm, SS dan RAPENDIK.
Itulah sekilas ringkasan acara yang diadakan oleh Karisma Airlangga bersama dengan HIMA AN dan CIS HI Fisip.

Buletin K' edisi 6

BERAS MAHAL: Tanya Kenapa!

Waah..setelah sekian lama K' gak nongol, kali ini terbit dengan tema aktual. Soal beras emang gak pernah bosen tuk dibahas. Karena beras adalah kebutuhan pokok buat orang asli Indonesia.
Tak henti-hentinya negeri ini dirundung malang. Berbagai bencana telah melanda kita: kecelakaan pesawat hingga kapal laut beruntun terjadi, banjir yang melanda ibukota, wabah DBD yang senantiasa menjadi momok setiap tahun. Kini masyarakat disuguhi dengan kenaikan harga beras yang mencekik. Kita tahu, masyarakat Indonesia masih menjadikan beras sebagai bahan makanan pokok, sehingga apa jadinya jika kebutuhan yang pokok saja sulit untuk dijangkau. Kenaikan harga beras sudah berulang kali terjadi pada masa pemerintahan SBY-JK.
Saat ini, beras telah menjadi barang yang mahal bagi rakyat. Di sejumlah daerah seperti di Banten, Ternate dan Maluku Utara, mereka terpaksa mengurangi konsumsi beras keluarganya dari 3 kg menjadi 2 kg perhari. Bahkan di Cirebon, mereka beralih ke beras aking yang harganya Rp. 1.500 – Rp. 2.000/kg. Ironis, krisis beras terjadi justru di negeri yang katanya mempunyai predikat sebagai negara agraris danpernah berswasembada pangan!!!
Melihat kondisi rakyatnya, pemerintahpun berupaya melakukan strategi untuk mengatasi masalah itu. Operasi pasar dan impor beras adalah jurus andalan yangseringa dipakai pemerintah guna menstabilkan harga beras. Namun, kebijakan ini mengundang kecaman dari berbagai kalangan.
Operasi pasar yang dilakukan pemerintah tak mampu menjadi solusi tuntas, tetapi hanya mampu meredam kenaikan harga beras sementara. Pengamat ekonomi, Umar Juoro menegaskan bahwa operasi pasar hanyalah bersifat sesaat. Sementara itu, kebijakan impor beras yang dilakukan terkesan serampangan. Impor beras justru menguntungkan para spekulan, bukan petani. Petani justru semakin dirugikan. Karena itu, optimalisasi peran bulog harus segera dilakukan. Bulog sebagai lembaga yang bertugas menstabilkan harga beras di pasarana, harusnya mengawasi ketersediaan dan distribusi beras yang ada di pasaran. Beberapa waktu yang lalu, ketika bulog melakukan penyediaan beras murah.beras miskin, yang terjadi justru banyak pedagang yang mengambil keuntungan dengan menggunakan jokie; bahkan di beberapa daerah, terdapat kasus penilapan beras yang dilakukan oleh distributor yang dipercaya Bulog untuk mendistribusikannya.
Krisis beras yang ada di Indonesia dimulai sejak Indonesia bergabung ke dalam WTO (Wolrd Trade Organization) dan meratifikasi aturan AoA (Agreement of Agriculture) WTO melalui UU No. 7/1994. setelah itu, impor beras terus meningkat dari periode 1995-1997 yang hanya sekitar 1,5 juta ton per tahun menjadi sekitar 3,3 juta ton per tahun pada periode 1998-2002. bahkan saat ini, Indonesia adalah pengimpor beras terbesar di dunia. Kebijakan impor beras itu tentunya akan membuat petani semakin merana. Tak hanya itu, pemerintah juga diharuskan untuk berkomitmen menyukseskan agenda liberalisasi pasar (neoliberalisme). Efek dari semua ini bisa kita rasakan melalui berbagai kebijakan kontroversial seperti pencabutan sejumlah subsidi, pembuakaan pasar, privatisasi BUMN, dll.
Ketua Komisi IV DPR, Yusuf Faishal, menduga bahwa ada konspirasi dari dunia internasional untuk merusak pasar beras Indonesia. Konspirasi tersebut dimungkinkan lantaran adanya keinginan dari pihak luar negeri yang tak dijalankan atau ada perjanjian yang tak dipatuhi.
Pengamat ekonomi, Umar Juoro menyatakan krisis beras ini disebabkan oleh kesalahan produksi dan distribusi. Beras merupakan kebutuhan pokok sehingga peningkatan produksi harus dilakukan. Upaya untuk meningkatkan kemampuan produksi beras nasional dapat ditempuh melalui pemeliharaan kapasitas sumber daya lahan dan perairan, perluasan lahan baku untuk produksi, peningkatan intensitas tanam, peningkatan produktivitas tanaman serta penekanan kehilangan hasil. Upaya peningkatan produksi memang lebih rasional untuk dilakukan, mengingat kita adalah negara agraris daripada mengambil langkah impor beras yang justru berbuntut panjang. Selain itu, distribusi beras harus terus diawasi oleh pemerintah. Bergantinya status Bulog sebagai perusahaan menjadikan bulog berorientasi pada profit, perannya pun menjadi tidak optimal. Karena itu, tanggung jawab Bulog dalam melayani masyarakat harus segera dikembalikan.
Untuk bebas krisis beras, pemerintah harus melepaskan diri dari kungkungan berbagai lembaga internasional yang kerap memeras negeri ini. Sayang, pemerintah sering mengulang kesalahan dengan mengharapkan bantuan asing. Padahal, kapitalisme yang diusung banyak lembaga internasional seperti WTO dengan program AoA-nya, justru meliberalisasikan sektor pertanian yang akan makin memiskinkan Indonesia. Wajar saja, sebab watak kapitalisme adalah menjajah bangsa lain.
Saatnya pemerintah membuktikan loyalotas kepada rakyatnya. Pemerintah yang amanah adalah pengayom dan pelindung rakyatnya. “Seorang imam (pemimpin) adalah pemelihara dan pengatur urusan (rakyat), dan akan diminta pertanggungjawaban atas rakyat yang dipimpinnya” [HR. Bukhari dan Muslim].

Kajian Ust Hari Moekti

Keluarga Sakinah:Keluarga Berkualitas, Harapan Bangsa
Keluarga adalah sebuah institusi terkecil dalam kehidupan manusia. Sejak manusia lahir hingga tumbuh dewasa interaksi pertama yang dilakukan adalah dengan keluarga. Tidak heran jika keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi manusia. Keluarga yang berkualitas akan mencetak generasi yang berkualitas pula. Keluarga yang berkualitas bukan sekedar mampu memenuhi kebutuhan materi melainkan dari sisi spiritualpun terpenuhi. Untuk Mewujudkannya dibutuhkan komponen keluarga yang terdiri Maka penting untuk mempersiapkan keluarga menuju keluarga yang berkualitas. Sejak akan membangun mahligai rumah tangga harus dipersiapkan motivasi yang benar. Sebagai seorang muslim motivasi menikah adalah untuk melaksanakan perintah Allah dengan menyempurnakan separuh dien. Kehidupan rumah tangga antara suami dan istri adalah layaknya sepasang sahabat bukan relasi kerja yaitu antara atasan dan bawahan. Hubungan persahabatan didalam berumah tangga akan membawa keluarga menuju sakinah mawadah wa rahmah.
Saling memahami antara suami dan istri merupakan faktor yang penting dalam membina biduk rumah tangga. Jika kedua suami istri memiliki visi dan misi yang sama akan memperlancar dalam proses mencetak keluarga yang berkualitas. Komunikasi antar anggota keluarga harus terus dijalin dan dijaga agar keharmonisan dalam keluarga terus dapat dibina. Membentuk keluarga yang berkualitas harus ada sinergi antar anggota keluarga. Islam telah memberikan solusi untuk menghasilkan keluarga sakinah. Saling memahami peran masing-masing anggota keluarga adalah kunci sukses terwujudnya keluarga sakinah. Suami dan istri memahami hak dan kewajibannya sehingga tidak ada perasaan termarjinalkan yang dirasakan oleh istri. Demikian juga istri harus memahami perannya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga yang sangat berperan penting demi terbentuknya anak-anak yang berkualitas. Apabila peran masing-masing telah dijalani dengan seimbang maka keluarga yang idam-idamkan yaitu keluarga sakinah dan berkualitas akan bisa terwujud.
Kualitas keluarga secara langsung ataupun tidak akan mempengaruhi warna dalam masyarakat. Demikian juga masyarakat yang ideal akan membantu terbentuknya keluarga yang ideal pula. Saat ini serangan dalam upaya penghancuran moral masyarakat demikian gencar. Media elektronik seakan berlomba-lomba menayangkan tontonan yang cenderung mengarah pada free sex, gaya hidup serba boleh (permisifisme), kekerasan dan materialisme.Banyak kasus yang terjadi dari berbagai tayangan yang disediakan media elektronik, misalnya: banyak anak-anak yang menirukan gaya smackdown yang berakibat patah tulang. Kondisi yang seperti ini akan mempengaruhi terbentuknya keluarga yang berkualitas. Masyarakat pun ikut latah dengan adanya isu yang beberapa bulan terakhir yang cukup fantastis yaitu isu poligami, bahkan ada usulan dari beberapa kalangan untuk merevisi UU Perkawinan. Alih-alih untuk melindungi kaum perempuan tapi justru menolak hukum dari Sang Pencipta yaitu mengharamkan apa yang dihalalkan Allah.
Upaya pembentukan keluarga yang berkualitas harus didukung pula dengan perbaikan berbagai kondisi yang sedang terjadi di masyarakat. Misalnya: masalah kemiskinan, kesehatan dan buruknya moral di masyarakat. Agar keluarga sakinah dan berkualitas bisa terwujud didalam masyarakat maka harus ada sinergis peran antara masyarakat dan pemerintah. Pemerintah dalam hal ini institusi yang bertanggungjawab dalam mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi dan kontrol dari masyarakat juga dibutuhkan.

Disampaikan oleh Ust. Hari Moekti (mantan artis rocker) dalam Kajian Interaktif, yang dipersembahkan Karisma Airlangga (Sabtu, 17 Februari 2007 di Masjid As Sakinah BKKBN Surabaya)

 
 

Cursors