Friday, September 26, 2008

My Ramadhan

Ramadhan Sepanjang Masa

Tidak terasa Ramadhan bulan mulia yang didalamnya terdapat satu malam yang menjadi dambaan: Lailatul Qodar akan segera usai. Bulan yang siang-siangnya dihiasi dengan puasa dan malam-malamnya diperpanjang dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibacakan di segala penjuru udara, bulan penuh berkah yang diawali dengan rahmat, diisi dengan ampunan dan diakhiri dengan kefitrahan dan terlepasnya diri dari api neraka yang menyala-nyala akan segera meninggalkan kita semua. Saking istimewanya bulan ini, Rasulullahpun bersabda dari Abu Hurairah ra., “ Siapa saja yang mendirikannya (Ramadhan) penuh keimanan dan keikhlasan, diampunkan baginya dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR. Bukhori, Muslim, Tarmidzi, Abu Daud, Nasa’i, Malik, Ahmad dan Baihaqi). Namun tinggal dalam hitungan hari bulan ini akan berlalu.
Setiap orang yang mengaku dirinya muslim pasti akan bersedih mengetahui Ramadhan akan segera berlalu dari kita. Bagaimana tidak, bulan disaat Allah mengobral pahalanya akan segera usai. Apalagi tidak ada jaminan bahwa satu tahun mendatang Allah masih akan memberi kesempatan kepada kita untuk bertemu Bulan Ramadhan atau tidak.
Di bulan Ramadhan ini kita tidak hanya dituntut untuk menahan diri dari makan dan minum melainkan juga menahan diri dari segala sesuatu dari memperturuti hawa nafsu kita yang dapat membatalkannya. Baik memperturuti naluri seksual kita, memanifestasikan naluri survival kita dengan amarah, mengejek, dan sejenisnya. Sudahkah di Ramadhan kali ini kita menjalankan dengan sepatutnya? Di lain pihak sudahkah kita meningkatkan amalan yang mendekatkan kita kepada Allah SWT dengan memenuhi segala amal wajib, memperbanyak amalan sunnah, meninggalkan keharaman dan menghindari yang makruh serta memperkecil skala amalan mubah dengan hanya mengharap ridho Allah SWT. Semoga di sisa Ramadhan kita kali ini, bisa kita optimalkan sehingga kita benar-benar menjadi sosok yang diharapkan lahir setelah puasa yakni orang yang bertakwa.
Puasa adalah upaya untuk menahan diri kita dari segala yang Allah larang dan mendekatkan diri pada yang Allah telah perintahkan dalam syariat-Nya. Sebagaimana kalam Allah dalam surat Al-Baqoroh (2): 183,” Hai sekalian orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang yang sebelum kamu supaya kamu bertaqwai”. Karena itu, Ramadhan haruslah membuat kita lebih sadar dan lebih termotivasi untuk menempatkan diri kita sebagai makhluk Allah SWT secara benar. Sebagai ciptaan Allah SWT yang pada proses penciptaannya disertai dengan aturan yang membuat hidupnya teratur dan selamat sebagaimana patuhnya peredaran planet-planet tata surya dalam keteraturan orbitnya hingga tidak saling menabrak satu sama lain. Seperti halnya planet dan tata surya maka selayaknya manusia menempatkan diri sebagai ciptaan-Nya dengan menaati aturan yang telah diberikan Sang Pencipta sekaligus Pengatur kepada kita, yakni aturan Islam. Aturan yang diturunkan oleh Allah SWT sebagai aturan yang rahmatan lil ’alamin. Sudahkah hal itu benar-benar terlaksana dengan sempurna?
Semangat yang ada dalam bulan mulia ini tidaklah cukup hanya berupa semangat untuk menggeber rutinitas tahunan di bulan puasa. Semangat untuk selalu menaati Allah SWTdan semangat untuk senatiasa menaikkan kadar taqwalah yang seharusnya ada dalam diri kaum muslimin. Sehingga bila keluar dari bulan pengendalian hawa nafsu ini, kita lebih sadar akan hakikat diri sebagai makhluk. Lebih sadar untuk selalu menautkan tiap langkah pada aturan-Nya. Lebih sadar untuk selalu menjaga ketakwaan pada-Nya di seluruh masa sesudahnya. Karena mau tidak mau, kita menjadi makhluk Allah bukan hanya sebatas bulan Ramadhan saja, melainkan seumur hidup kita.
Seandainya semangat seperti itu yang hidup dan terus hidup dalam diri kita sebagai kaum muslim, pastinya penutupan bar, diskotek, tempat karaoke mesum, supervisitas pada peredaran miras dan narkoba, serta cutinya PSK tidak hanya akan terjadi di bulan puasa. Berhentinya aktivitas pacaran tidak hanya akan terjadi di bulan puasa. Kerudung tidak hanya menjadi penghias kepala para muslimah di bulan puasa. Takut berbuat dosa dan ramai-ramai memohon ampun tidak akan hanya terjadi di bualan puasa. Masjid pun tidak akan kehilangan jamaahnya di luar bulan puasa. ’Penyopanan’ tayangan televisi bukan cuma diadakan saat Ramadhan datang. Akan tetapi longlife application.
Semangat untuk menjadikan Ramadhan sepanjang masa tentu saja tidak seharusnya hanya dirasakan oleh individu semata. Masyarakatpun harus bersepakat untuk menjalankannya dan tentu saja harus didukung oleh pemerintah yang juga mempunyai semangat longlife dalam mengambil aturan Allah SWT. Karena jelas, kita bukan hanya seorang muslim ketika Ramadhan. Sehingga aturan yang diterapkan disetiap saat kita –di bulan Ramadhan dan seblas bulan lainny- harusnya aturan Islam. Pemerintah seharusnya mengambil aturan Islam untuk dijadikan peraturan kehidupan masyarakat yang akan dilaksanakan setiap waktu. Sehingga masyarakatpun menjadikan aturan Islam sebagai kebutuhan sehari-hari yang tidak pernah terlewatkan. Bila itu semua terwujud dalam ketakwaan kepada Allah SWT sebagai oleh-oleh Ramadhan, pasti Islam rahmatan lil ’alamin tak hanya menjadi ikon dalam buku religi. Dan semangat untuk beraktivitas seperti halnya di bulan Ramadhan tidak akan pernah mati. Wallahu ’alam bis-showab




0 Komentar:

<< Home

 
 

Cursors