Saturday, May 05, 2007

PARCEL CAFE MORNING

Di pagi yang indah diiringi dengan titik2 gerimis. Sabtu 14 April 2007 LSM Karisma Airlangga menyulap ruang kuliah FE menjadi Café Dadakan dengan nama Café Morning Karisma. Ga beda jauh dengan Café2 permanen, di Café Morning Karisma juga ada kue en minuman. Bahkan aktivitas yang biasanya ada di Cafépun seperti ngobrol en dengerin musik juga ada. Bedanya, ngobrolnya pake tema en ada narasumbernya. Café Morning kemaren bertajuk “Penjajahan Intelektual di Kampus”. Dua narasumber yang hadir yaitu Dr. Ni’matuzzahro (Dosen MIPA) en Bpk Arif Firmansyah (Dosen FE).
Bu Ni’mah mendorong para intelektual kampus (mahasiswa dan dosen) untuk mengembangkan diri dan ilmunya melalui penelitian2 sehingga tidak kalah dengan asing (baca: Barat). Sebagai salah satu anggota HaKI beliau berpesan agar para intelektual kampus mewaspadai penjajahan dibalik perkembangan sains dan teknologi. Para peneliti harus memiliki idealisme bahwa perkembangan sains dan teknologi adalah untuk kesejahteraan umat. Bukan hanya segelintir orang (kaum kapital). Hendaknya mereka bertanggung jawab atas penelitian yang dilakukan. Kemanakah perginya hasil penelitian itu? Apakah perlu untuk segera di patenkan demi kesejahteraan umat? Atau justru kita relakan jatuh ke tangan asing (Kapitalis) untuk tujuan komersil yang mencekik umat? So...Kita harus waspada!!! Jangan hanya bangga dengan tropi dan materi semata.
Sementara itu Pak Arif juga mendukung kaum muslimin untuk mengembangkan sains dan teknologi. Bahkan beliau menyampaikan saat ini harkat martabat negara ataupun suatu kaum harus ditunjang dengan sains dan teknologi. Namun realita lemahnya perlindungan pemerintah dalam pengembangan sains dan teknologi juga merupakan permasalahan yang harus dihadapi bersama. Bayangkan saja dana APBN yang dikeluarkan untuk Pendidikan Tinggi hanya 13%. Jumlah ini dipergunakan untuk biaya operasional Perguruan Tinggi (bukan hanya untuk pengembangan penelitian). Jadi wajar jika hambatan utama dalam pengembangan penelitian adalah biaya.
Jika dibandingkan dengan masa kejayaan Islam memang agak jauh berbeda. Di zaman Kholifah Harun Al-Rasyid, orang yang menulis buku saja diberikan imbalan dengan emas seberat bukunya. Selain itu Islam juga telah mencetak generasi2 inovator seperti Ibnu Sina (pakar kedokteran), Khawarizmi (penemu logaritma), Al-Jabar (penemu aljabar) dan masih banyak lagi. Hal ini membuktikan bahwa Islam menjunjung tinggi sains dan teknologi dengan memfasilitasi (mempermudah proses pendidikan). Bahkan bukan hanya itu, ternyata Islam juga mengatur seluruh urusan manusia dan jika diterapkan dalam sistem maka pastilah kesejahteraan umat bisa teraih. Karena itu menurut Pak Arif untuk mengantisipasi penjajahan intelektual di kampus (eksploitasi hasil penelitian) harus ada kerjasama dari kaum intelektual dan juga pemerintah sebagai pelindung perkembangan sains dan teknologi.
Nah, lalu langkah apa yang harus kita lakukan? Kita sebagai para intelektual kampus harus terus mengembangkan penelitian untuk peningkatan sains dan teknologi. Sembari secara bersamaan diikuti dengan mempersiapkan sistem yang mampu melindungi dan menghargai sains dan teknologi yaitu Daulah Khilafah yang diridhoi AlLoh SWT.
So.... Jadi intelektual kampus yang siap mengisi Daulah Khilafah, Siapa takut !!!!!

0 Komentar:

<< Home

 
 

Cursors