Thursday, January 04, 2007

Buletin K'- Desember: UNDESTROY VIRUS

Virus ini bukan sebarang virus seperti kalau kalian kena flu, batuk, pilek dan sejenisnya. Atau juga bukan seperti brontok, kangen, trojan dan sejenisnya yang menginfeksi komputer kamu. Virus ini menyerang manusia, tepatnya antibody manusia. Dan orang yang sudah terinfeksi virus ini bisa menurun tingkat imunitasnya sampai level yang paling rendah sehingga dia mudah sakit dan kalau sudah sakit susah sembuhnya. Sakit flu aja bisa sembuh dalam belasan bulan atau bisa juga langsung chek out dari dunia ini gara-gara batuk pilek. Gawatz bin ngeri kan !!! And kamu-kamu pasti sudah tahu virus apa yang K’ maksud itu…yup…100% bener kalau kamu jawab dengan virus HIV yang menyebabkan penderitanya menderita penyakit AIDS. Dan 1 Desember biasa dijadikan hari berkumpulnya penderita AIDS sedunia (baca : hari AIDS sedunia). Bahkan, 29 November 2006 lalu, di seputar bundaran hotel Indonesia di Jakarta ada demo yang diikuti oleh 20an ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) yang menuntut pemerintah untuk segera bertindak tegas terhadap penanggulangan HIV/AIDS yang kian tak terkendali, jika tidak mereka mengancam akan menginfeksi masyarakat seIndonesia dengan virus mematikan tersebut…duh…duh…edan tenan !!!
Sobat K’, tuntutan tersebut kiranya tidak terlalu berlebihan. Karena jumlah ODHA dari tahun ke tahun bukannya tambah berkurang…tapi terus membesar seperti bola salju. Dan ada kecenderungan bahwa ODHA merasa malu jika sampai ada orang lain yang mengetahuinya sehingga mereka cenderung menyembunyikan dari petugas kesehatan apalagi dari orang awam. Sehingga sekalipun pemerintah memiliki data jumlah penderita HIV/AIDS, namun pada dasarnya data tersebut ibarat fenomena gunung es…yang hanya diketahui puncaknya saja tapi dasarnya tidak diketahui…padahal dasarnya jauuuh lebih besar berlipat-lipat kali dibandingkan puncaknya. Asal tahu aja, data dari UNAIDS-badan dunia yang khusus menangani masalah HIV/AIDS- tahun 2003 tercatat jumlah penderita HIV/AIDS di dunia mencapai 45 juta jiwa. Di Afrika 3,2 juta orang terinfeksi virus ini dan 2,3 juta diantaranya tewas. 210 ribu kasus terjadi di Asia Timur dan Asia Tenggara, 45 ribu diantaranya tewas. (Koran Tempo, 13 Juli 2004). Sedangkan data yang dikumpulkan WHO menunjukkan 90-130 ribu orang pengidap HIV/AIDS di Indonesia (Sinar Harapan, 1 Desember 2003). Bahkan di Jawa Timur saja tahun 2006 jumlah pengidap HIV/AIDS mencapai 1.389 orang. Jumlah ini meningkat dari tahun kemarin 1.389 orang. Jelaslah, bahwa HIV/AIDS telah menjadi ancaman global dunia internasional…dan sekali lagi itu adalah data yang tampak di permukaan…sedangkan yang sebenarnya terjadi bisa berlipat 5x atau 10x lipat…FANTASTIS !!!
Bahkan yang lebih mengerikan lagi…ternyata ga sedikit lho usia para ODHA itu yang sebaya dengan K’ atau sobat K’ sekitar 15-35 tahunan gitu deh…atau yang biasa disebut dengan remaja atau pemuda. Hal ini dikuatkan dengan data penderita HIV/AIDS berdasar usia: 38% berusia 16-20 tahun, 40% berusia 21-25 tahun, 20% berusia 26-30 tahun, dan hanya 2% yang berusia 31-35 tahun (Yakita, 1999-2002).
Melihat fakta keganasan HIV/AIDS yang makin menggila, pemerintah seperti kebakaran jenggot. Dibuatlah kampanye “Setia pada Pasangan”, sterilisasi jarum suntik, pemeriksaan secara ketat darah yang ditransfusikan serta banyak lagi yang lain. Kondomisasi juga menjadi salah satu langkah strategis yang dipilih pemerintah. Promosi yang dilakukan begitu gencar mulai dari menebar 60 juta kondom di lima provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali sampai mendirikan ATM kondom agar keberadaannya mudah diakses oleh masyarakat. Namun, adanya ATM kondom menimbulkan polemik di masyarakat karena dinilai memfasilitasi adanya free sex. Pemerintah yakin dengan mempromosikan penggunaan kondom akan menekan angka pengidap HIV/AIDS. Padahal, pada sejumlah penelitian efektifitas kondom masih diragukan, sebab kondom yang terbuat dari bahan latex memiliki pori-pori dengan diameter 1/60 mikron dalam keadaan tidak meregang, sedangkan bila dalam keadaan meregang lebar pori-pori tersebut mencapai 10 kali lipat, sementara virus HIV berdiameter 1/250 mikron. Dengan demikian jelas bahwa virus HIV dapat leluasa menembus pori-pori kondom.
Menanggulangi HIV/AIDS dengan kondom jelas bukan solusi yang efektif. Ibarat memberantas rumput liar dengan memotong daunnya tanpa mencabut sampai akarnya. Pemerintah bukannya menghapuskan perilaku free sex masyarakat Indonesia, tapi justru menumbuhsuburkan pusat penyebaran virus mengerikan ini dengan melokalisasi pelaku seks bebas dalam sebuah wilayah tertentu atau bahkan membiarkan pelaku dan pemicu free sex tanpa tindakan yang tegas dan berani, seperti membiarkan terbitnya majalah porno terbesar di dunia “Playboy” atau beredarnya lokalisasi-lokalisasi “bayangan” dan lain-lain. Hal ini justru memperparah penyebaran virus HIV/AIDS karena faktor utama penyebaran virus mematikan ini adalah perilaku seks bebas BUKAN tidak digunakannya kondom. Maka memberantas adanya seks bebas di semua kalangan harus dioptimalkan. Budaya yang hedonis, permisif dan liberal yang makin menggila ditengah-tengah masyarakat saat ini adalah produk Barat yang harus segera dilumat habis dan dienyahkan sejauh-jauhnya dari muka bumi ini. Dengan menjajakan liberalisasi perilaku, Barat berusaha mengcengkeramkan ideologinya ditengah-tengah kaum muslim. Pemahaman barat yang sekular-memisahkan agama dari kehidupan- inilah yang menjadikan kehidupan masyarakat –anak-anak, remaja, pemuda, orang tua- menjadi tidak punya pandangan hidup yang benar (Islam). Untuk mengenyahkan semakin meluasnya pengaruh liberalisasi yang berefek menjamurnya HIV/AIDS maka dibutuhkan peran dari berbagai elemen masyarakat, yaitu : individu, masyarakat dan negara. Jika salah satu pihak ini tidak ada maka bisa dipastikan tidak akan bisa terwujud tatanan masyarakat yang ideal. Individu harus membentengi dirinya dengan keimanan dan ketakwaan yang kokoh dalam dirinya. Hal ini bisa didapatkan melalui pengkajian keislaman yang saat ini sangat mudah diakses. Masyarakat harus terus melakukan kontrol. Para aktivis yang tergabung di berbagai organisasi yang merupakan bagian dari masyarakat harus memberikan kontribusi real untuk menjaga agar tercipta sistem yang ideal. Berbagai upaya harus terus dilakukan untuk mencegah virus ini. Upaya ini tidak bisa dilepaskan dari peran pemerintah/negara karena pemerintah adalah pihak yang paling bertanggung jawab untuk mengatasi persoalan ini. Mengacu pada Islam, jelas negara begitu menjaga rakyatnya.” Dan janganlah kamu mendekati zina….’(Al Isra’:32). Ketika ada perintah tersebut maka negara harusnya menutup semua akses menuju zina. Inilah bukti peran negara dalam menjaga dan mengayomi rakyatnya. Kondisi yang demikian bisa terlaksana tatkala Islam terterapkan secara menyeluruh di setiap sendi kehidupan oleh suatu negara. Ini bukanlah omong kosong karena telah terbukti selama 13 abad masa keemasan Islam dan sampai saat ini tidak ada satu sistem pun yang bisa menandinginya.

0 Komentar:

<< Home

 
 

Cursors